Desa Wisata Penglipuran Sebuah Contoh Inspiratif dalam Pelestarian Budaya dan Lingkungan
Jika ada satu tempat di Bali yang bisa dianggap sebagai epitome dari harmoni antara budaya dan lingkungan, itu adalah Desa Wisata Penglipuran. Desa Wisata Penglipuran sebuah contoh inspiratif dalam pelestarian budaya dan lingkungan, model yang bisa diadopsi oleh desa-desa lain di Indonesia. Di era modern ini, menemukan sebuah desa yang masih memegang teguh tradisi dan kelestarian alam adalah sesuatu yang langka. Namun, Desa Wisata Penglipuran membuktikan bahwa itu masih mungkin. Desa ini menjadi sebuah contoh inspiratif dalam pelestarian budaya dan lingkungan, sebuah pelajaran berharga bagi kita semua.
Menyingkap Sejarah dan Keunikan Desa Wisata Penglipuran
Mengenal Desa Wisata Penglipuran
Desa Wisata Penglipuran, terletak di Kabupaten Bangli, Bali, adalah sebuah permata yang menawarkan lebih dari sekadar keindahan alam. Desa ini terkenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia, sebuah prestasi yang didukung oleh berbagai penghargaan di bidang lingkungan dan pariwisata. Keunikan lainnya adalah tata ruang Tri Mandala, sebuah konsep yang membagi desa menjadi tiga wilayah: Utama Mandala (wilayah suci), Madya Mandala (tempat tinggal penduduk), dan Nista Mandala (area pemakaman).
Selain itu, desa ini juga memiliki hutan bambu dan hutan kayu yang luas, menambah keindahan dan keasrian lingkungannya. Adat budaya setempat, seperti ritual Ngusaba dan festival budaya Penglipuran Village Festival, menjadi daya tarik tambahan. Tidak ketinggalan, kuliner khas seperti Loloh Cemcem dan Tipat Cantok juga wajib dicoba.
Sejarah dan Latar Belakang Desa
Desa Penglipuran memiliki sejarah yang kaya, dimulai sekitar 700 tahun yang lalu pada zaman Kerajaan Bangli. Nama “Penglipuran” berasal dari kata “pengeling” dan “pura”, yang berarti “pengingat” dan “tanah leluhur” secara bersamaan. Menurut cerita, pendahulu desa ini berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani. Mereka sering melakukan perjalanan jauh dan beristirahat di daerah bernama Kubu, yang kemudian menjadi Desa Penglipuran.
Desa ini awalnya dikenal sebagai Desa Kubu Bayung dan akhirnya membentuk desa sendiri yang lepas dari kewajiban sebagai warga Bayung Gede. Meski demikian, tata ruang desa dan konsep desa leluhur mereka masih mengikuti konsep yang ada di Desa Bayung Gede.
Budaya yang Terjaga, Tradisi yang Lestari
Komitmen Masyarakat dalam Melestarikan Budaya
Mengunjungi Desa Wisata Penglipuran, satu hal yang mencolok adalah keberlanjutan budaya yang terjaga dengan baik. Dari generasi ke generasi, masyarakat setempat berkomitmen untuk melestarikan budaya asli. Pendidikan budaya dimulai dari usia dini, di mana anak-anak diajarkan tentang adat istiadat, tarian, dan bahasa daerah.
Kesadaran kolektif ini bukan hanya berasal dari pendidikan formal, tetapi juga dari interaksi sehari-hari. Di desa ini, setiap individu memainkan peran penting dalam melestarikan budaya. Misalnya, seniman lokal mempertahankan keaslian karya seni, sementara para tetua desa memastikan bahwa tradisi lama tidak terlupakan.
Komitmen ini juga tercermin dalam arsitektur bangunan dan tata letak desa. Bangunan-bangunan di desa ini dirancang sesuai dengan prinsip-prinsip arsitektur tradisional, yang menunjukkan kekayaan budaya setempat. Selain itu, penggunaan material lokal seperti bambu dan batu alam menambah keunikan desa ini.
Tidak hanya itu, kegiatan ekonomi di desa ini juga disesuaikan untuk mendukung keberlanjutan budaya. Sebagai contoh, industri kerajinan tangan lokal mendapat prioritas dibandingkan dengan bisnis-bisnis modern yang bisa mengancam keberlanjutan budaya.
Keberlanjutan budaya ini didukung oleh pemerintah setempat melalui berbagai program dan inisiatif. Dari pemberian hibah untuk kegiatan budaya hingga pelatihan-pelatihan untuk masyarakat, semua ini bertujuan untuk memastikan bahwa budaya dan tradisi setempat tetap lestari untuk generasi mendatang.
Upacara dan Ritual Khas Desa
Di Desa Wisata Penglipuran, upacara dan ritual adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Setiap tahun, berbagai upacara diadakan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting, baik itu yang bersifat agamis maupun sosial. Salah satu upacara yang paling dikenal adalah Upacara Odalan, yang dirayakan untuk menghormati Dewa atau Dewi pelindung.
Upacara ini biasanya diadakan di pura, atau tempat ibadah Hindu, dan melibatkan berbagai elemen seperti tarian, musik, dan doa. Seluruh masyarakat terlibat, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Ini adalah momen di mana masyarakat bersatu untuk merayakan dan mempertahankan tradisi mereka.
Selain Upacara Odalan, ada juga ritual-ritual lain yang lebih kecil tetapi tidak kalah penting. Misalnya, ada ritual pembersihan atau ‘Melukat’ yang biasanya dilakukan di sungai atau mata air suci. Ritual ini bertujuan untuk membersihkan diri dari energi negatif dan mendapatkan berkah.
Upacara dan ritual ini tidak hanya penting dari segi keagamaan, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat ikatan sosial antar anggota masyarakat. Melalui upacara ini, nilai-nilai luhur dan norma-norma sosial ditegakkan, sehingga menciptakan harmoni dalam kehidupan sehari-hari.
Upacara dan ritual ini juga memiliki dampak positif terhadap pariwisata. Banyak wisatawan yang tertarik untuk mengalami budaya dan tradisi ini secara langsung, sehingga memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat setempat.
Konservasi Lingkungan sebagai Prioritas
Pengelolaan Sampah Mandiri
Salah satu keunggulan Desa Wisata Penglipuran adalah pengelolaan sampah mandiri yang efektif. Di desa ini, setiap rumah tangga memiliki tanggung jawab untuk mengelola sampahnya sendiri. Ini mencakup pemilahan sampah organik dan non-organik, serta pendauran ulang.
Pendauran ulang sampah di desa ini bukan hanya sekadar aktivitas rutin, tetapi juga menjadi sumber pendapatan tambahan. Misalnya, sampah organik diolah menjadi kompos yang nantinya digunakan untuk pertanian. Sementara itu, sampah non-organik seperti plastik dan kertas dijual ke pabrik-pabrik daur ulang.
Pentingnya pengelolaan sampah ini ditekankan melalui berbagai program edukasi. Mulai dari pelatihan hingga seminar, semua ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Selain itu, desa ini juga memiliki fasilitas pengolahan sampah modern. Dari mesin penghancur sampah hingga fasilitas pembuangan yang aman, semuanya dirancang untuk meminimalkan dampak lingkungan.
Pemerintah setempat juga berperan aktif dalam mendukung inisiatif ini. Melalui berbagai bentuk bantuan, baik itu finansial maupun teknis, pemerintah berupaya memastikan bahwa program pengelolaan sampah ini berjalan dengan efektif.
Pelestarian Lingkungan sebagai Gaya Hidup
Di Desa Wisata Penglipuran, pelestarian lingkungan bukan hanya sebuah slogan, tetapi sebuah gaya hidup. Mulai dari penggunaan energi terbarukan hingga konservasi air, semua aspek kehidupan di desa ini dirancang untuk berkelanjutan.
Energi terbarukan seperti panel surya digunakan di berbagai fasilitas umum. Ini tidak hanya mengurangi emisi karbon tetapi juga menekan biaya operasional. Selain itu, program penghematan air juga diterapkan, termasuk penggunaan sistem irigasi tetes untuk pertanian.
Pelestarian hutan dan lahan juga menjadi prioritas. Area-area hijau di desa ini terjaga dengan baik, dan ada program reboisasi yang rutin dilakukan. Ini tidak hanya membantu dalam menjaga keseimbangan ekosistem tetapi juga menambah daya tarik wisata.
Selain itu, masyarakat setempat juga terlibat aktif dalam berbagai kegiatan pelestarian lingkungan. Dari kegiatan pembersihan pantai hingga penanaman pohon, semua ini dilakukan secara kolektif.
Semua upaya ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah setempat. Melalui berbagai program dan insentif, pemerintah berupaya untuk memastikan bahwa Desa Wisata Penglipuran tetap menjadi contoh dalam pelestarian lingkungan.
Arsitektur dan Tata Ruang Desa
Keunikan Bangunan Tradisional
Desa-desa tradisional di Indonesia sering kali menampilkan arsitektur yang unik dan menarik. Di Desa Wisata Penglipuran, Bali, misalnya, bangunan-bangunan tradisionalnya mempertahankan ciri khas arsitektur Bali. Material bangunan berasal dari sumber daya alam setempat, seperti bambu dan batu alam. Ini bukan hanya menunjukkan kearifan lokal, tetapi juga meminimalkan dampak lingkungan.
Struktur bangunan di Penglipuran dirancang dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan. Atap-atap bangunan terbuat dari alang-alang, bahan yang mudah ditemukan di sekitar desa. Ini membantu dalam isolasi termal, menjaga suhu ruangan tetap sejuk meski cuaca panas. Selain itu, penggunaan bahan alami ini juga berkontribusi pada estetika desa.
Elemen-elemen arsitektural lainnya, seperti ukiran dan motif, juga memiliki makna simbolis. Ukiran ini biasanya menggambarkan cerita-cerita mitologi atau kepercayaan lokal, yang menjadi bagian dari identitas budaya desa. Ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang mengunjungi desa.
Penggunaan warna pada bangunan juga dipilih dengan cermat. Warna-warna yang digunakan biasanya adalah warna alami yang diperoleh dari tumbuhan atau mineral setempat. Ini tidak hanya menambah keindahan estetika, tetapi juga mempengaruhi suasana psikologis penghuni dan pengunjung.
Dalam konteks keberlanjutan, bangunan-bangunan di Desa Wisata Penglipuran dirancang untuk meminimalkan limbah. Misalnya, air hujan yang jatuh di atap bangunan dikumpulkan dan digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti menyiram tanaman. Ini adalah contoh nyata dari bagaimana arsitektur dan tata ruang bisa berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.
Tata Ruang yang Menunjang Keberlanjutan
Tata ruang di Desa Wisata Penglipuran juga dirancang dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan. Jalan-jalan di desa ini dibuat dari batu alam, yang memungkinkan air hujan meresap ke tanah, mengurangi risiko banjir. Selain itu, jalan-jalan ini juga dirancang untuk memfasilitasi akses bagi pejalan kaki, mengurangi kebutuhan akan kendaraan bermotor.
Zonasi di desa ini juga dipikirkan dengan matang. Ada zona untuk perumahan, zona untuk pertanian, dan zona untuk kegiatan komersial. Ini membantu meminimalkan konflik antar kegiatan dan memastikan bahwa setiap zona dapat berfungsi dengan optimal sesuai dengan kebutuhannya.
Pertanian di desa ini juga dirancang untuk mendukung keberlanjutan. Misalnya, metode pertanian organik digunakan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida. Ini tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga bagi kesehatan masyarakat.
Pengelolaan sampah juga menjadi perhatian utama dalam tata ruang desa. Ada fasilitas pengolahan sampah yang memisahkan antara sampah organik dan non-organik. Sampah organik diolah menjadi kompos, sementara sampah non-organik diolah lebih lanjut atau didaur ulang.
Tata ruang di Desa Wisata Penglipuran adalah contoh bagus dari bagaimana desain dan perencanaan yang cermat dapat mendukung keberlanjutan lingkungan dan sosial. Ini membuktikan bahwa kearifan lokal dan teknologi modern bisa berjalan beriringan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Masyarakat dan Kehidupan Sosial
Interaksi Sosial dalam Masyarakat
Interaksi sosial di Desa Wisata Penglipuran memang unik dan menarik. Di desa ini, saling kenal antar warga bukan hanya sekadar formalitas. Ini adalah bagian dari budaya dan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Setiap warga desa, baik tua maupun muda, saling menghormati dan membantu satu sama lain dalam kegiatan sehari-hari.
Salah satu bentuk interaksi sosial yang menonjol adalah gotong royong. Ini adalah kegiatan bersama yang melibatkan seluruh anggota masyarakat, dari anak-anak hingga orang tua. Gotong royong bisa berupa kegiatan membersihkan lingkungan, membangun fasilitas umum, atau bahkan membantu persiapan upacara adat. Kegiatan ini tidak hanya mempererat hubungan antar warga, tetapi juga membantu dalam pelestarian lingkungan dan budaya.
Kegiatan sosial lainnya yang sering terjadi adalah arisan atau kumpul-kumpul warga. Di sini, warga berkumpul untuk berdiskusi tentang berbagai hal, mulai dari isu-isu sosial hingga rencana pengembangan desa. Ini adalah forum informal yang memungkinkan setiap warga untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada kehidupan mereka.
Tidak kalah pentingnya, anak-anak dan remaja di desa ini juga diajarkan untuk menghargai budaya dan tradisi. Melalui pendidikan informal dan pelatihan, generasi muda diajarkan tentang pentingnya pelestarian budaya dan lingkungan. Ini adalah investasi untuk masa depan, memastikan bahwa warisan budaya dan kearifan lokal akan terus dilestarikan.
Dengan demikian, interaksi sosial di Desa Wisata Penglipuran adalah cerminan dari kehidupan masyarakat yang harmonis dan saling mendukung. Ini membuktikan bahwa kekuatan komunitas bisa menjadi faktor penting dalam pelestarian budaya dan lingkungan.
Peran Masyarakat dalam Pelestarian
Peran masyarakat Desa Wisata Penglipuran dalam pelestarian budaya dan lingkungan tidak bisa dianggap remeh. Setiap warga desa memahami pentingnya menjaga kelestarian alam dan budaya sebagai bagian dari identitas mereka. Ini tercermin dalam berbagai kegiatan dan inisiatif yang diambil oleh masyarakat.
Salah satu inisiatif yang patut diapresiasi adalah program pengelolaan sampah mandiri. Warga desa secara aktif terlibat dalam pengumpulan dan pengolahan sampah, baik organik maupun non-organik. Ini adalah contoh konkret dari bagaimana masyarakat bisa berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.
Selain itu, masyarakat juga berperan aktif dalam pelestarian budaya. Misalnya, melalui kegiatan seni dan budaya yang rutin diadakan. Ini termasuk tari-tarian tradisional, upacara adat, dan lain-lain. Kegiatan ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media edukasi dan pelestarian budaya.
Pelestarian hutan dan sumber daya alam lainnya juga menjadi perhatian masyarakat. Melalui program reboisasi dan konservasi, warga desa berupaya menjaga keseimbangan ekosistem. Ini adalah upaya bersama yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah desa dan organisasi non-pemerintah.
Dalam konteks edukasi, masyarakat juga berperan dalam mentransfer kearifan lokal kepada generasi muda. Ini dilakukan melalui pendidikan formal dan informal, termasuk pelatihan dan workshop. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa generasi muda memahami dan menghargai warisan budaya dan lingkungan.
Ekonomi dan Pariwisata Berkelanjutan
Dampak Ekonomi dari Wisata
Pariwisata di Desa Wisata Penglipuran membawa berbagai manfaat ekonomi. Salah satu yang paling signifikan adalah peningkatan pendapatan lokal. Dari penjualan suvenir hingga penyediaan layanan wisata, berbagai sektor merasakan dampak positif. Pendapatan ini kemudian digunakan untuk memperbaiki infrastruktur dan fasilitas publik.
Seiring dengan pertumbuhan pariwisata, lapangan pekerjaan juga meningkat. Pekerjaan ini tidak hanya terbatas pada sektor pariwisata tetapi juga merambah ke sektor lain seperti pertanian dan perikanan. Dengan demikian, pariwisata menjadi katalis untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih luas.
Namun, dampak negatif juga ada. Misalnya, lonjakan harga properti dan kebutuhan hidup bisa mempengaruhi masyarakat setempat. Oleh karena itu, penting untuk mengelola dampak ini dengan bijak. Salah satu caranya adalah melalui pariwisata berkelanjutan yang mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Penting juga untuk mempertimbangkan distribusi pendapatan dari pariwisata. Idealnya, manfaat ekonomi harus dirasakan oleh seluruh komunitas, bukan hanya segelintir orang atau perusahaan. Inisiatif seperti pembagian keuntungan dari tiket masuk atau program pelatihan untuk masyarakat setempat bisa menjadi solusi.
Dampak ekonomi dari pariwisata di Desa Wisata Penglipuran adalah pedang bermata dua. Sementara membawa manfaat, juga ada risiko yang perlu dikelola. Oleh karena itu, pendekatan yang holistik dan inklusif sangat diperlukan untuk memastikan keberlanjutan ekonomi dan pariwisata.
Strategi Pemasaran Desa Wisata
Strategi pemasaran yang efektif adalah kunci keberhasilan Desa Wisata Penglipuran. Salah satu strategi yang telah terbukti efektif adalah pemanfaatan media sosial. Melalui platform ini, informasi tentang desa bisa dengan mudah diakses oleh wisatawan potensial dari seluruh dunia.
Selain itu, kolaborasi dengan agen perjalanan dan influencer juga bisa meningkatkan visibilitas. Ini bisa dilakukan melalui paket wisata yang menarik atau konten promosi yang menarik dan informatif. Strategi ini tidak hanya meningkatkan jumlah pengunjung tetapi juga memperkaya pengalaman mereka.
Perlu menyorot keunikan dan keaslian Desa Wisata Penglipuran dalam strategi pemasaran. Ini bisa melibatkan promosi budaya lokal, tradisi, dan keindahan alam. Dengan demikian, desa tidak hanya akan menarik wisatawan tetapi juga mempertahankan identitas dan warisan budayanya.
Pemasaran juga harus mempertimbangkan keberlanjutan. Ini berarti meminimalkan dampak negatif dari pariwisata dan memaksimalkan manfaat untuk komunitas lokal. Salah satu caranya adalah melalui sertifikasi keberlanjutan atau penggunaan energi terbarukan dalam operasional.
Hutan Bambu: Oase Hijau di Tengah Desa
Keberadaan dan Fungsi Hutan Bambu
Hutan Bambu di Desa Wisata Penglipuran bukan sekadar hiasan alam. Fungsi utamanya adalah sebagai penyangga ekosistem desa. Hutan ini menjadi habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna, menjaga keanekaragaman hayati. Selain itu, hutan bambu juga berfungsi sebagai penyerap air hujan, yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan air tanah.
Hutan bambu memiliki makna simbolis yang mendalam. Bambu, yang dikenal dengan kekuatannya, sering dianggap sebagai simbol ketahanan dan fleksibilitas. Oleh karena itu, hutan ini juga menjadi tempat untuk berbagai upacara dan ritual adat.
Keberadaan hutan bambu juga mempengaruhi iklim mikro di sekitarnya. Dengan adanya hutan ini, suhu udara di sekitar desa menjadi lebih sejuk. Ini tentu saja menambah kenyamanan bagi warga desa serta wisatawan yang berkunjung.
Hutan bambu ini dikelola dengan sangat baik oleh masyarakat setempat. Ada berbagai aturan adat yang mengatur penebangan dan penggunaan bambu, sehingga keberlanjutannya tetap terjaga. Ini menunjukkan betapa pentingnya hutan ini bagi kehidupan masyarakat.
Manfaat Ekologis dari Hutan Bambu
Dari segi ekologi, hutan bambu memiliki manfaat yang sangat besar. Salah satunya adalah sebagai penyerap karbon dioksida. Bambu tumbuh lebih cepat dibandingkan pohon lain, sehingga lebih efisien dalam menyerap gas rumah kaca. Ini sangat penting dalam konteks perubahan iklim global.
Selain itu, akar bambu yang kuat berfungsi untuk mencegah erosi tanah. Ini sangat penting di daerah yang rentan terhadap longsor atau banjir. Dengan demikian, hutan bambu berkontribusi pada kestabilan ekosistem lokal.
Hutan bambu juga berfungsi sebagai habitat bagi berbagai spesies hewan. Dari serangga hingga burung, keanekaragaman hayati di hutan ini cukup tinggi. Ini berkontribusi pada keseimbangan ekosistem dan menjaga keanekaragaman hayati.
Tidak kalah penting, hutan bambu juga berfungsi sebagai sumber daya alam yang berkelanjutan. Bambu bisa digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari bahan bangunan hingga alat musik tradisional. Yang penting, pemanfaatan ini dilakukan dengan cara yang berkelanjutan.
Tantangan dan Peluang ke Depan
Tantangan dalam Melestarikan Budaya dan Lingkungan
Melestarikan budaya dan lingkungan di Desa Wisata Penglipuran bukanlah tugas yang mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah modernisasi. Teknologi dan gaya hidup modern seringkali bertentangan dengan tradisi dan kebiasaan lokal. Misalnya, penggunaan plastik dan bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari bisa merusak lingkungan.
Ada juga tantangan dari sisi ekonomi. Meski pariwisata membawa dampak positif, ada risiko komersialisasi yang berlebihan. Ini bisa mengancam keaslian budaya dan tradisi desa. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara keuntungan ekonomi dan pelestarian budaya.
Tantangan lainnya adalah pendidikan dan kesadaran masyarakat. Meski masyarakat setempat umumnya sudah sadar akan pentingnya pelestarian, masih ada generasi muda yang lebih tertarik pada gaya hidup modern. Ini bisa menjadi hambatan dalam upaya pelestarian budaya dan lingkungan.
Pertumbuhan penduduk dan perubahan demografis juga menjadi tantangan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan sumber daya alam juga meningkat. Ini bisa menimbulkan tekanan pada lingkungan dan sumber daya alam lokal.
Peluang untuk Pengembangan Lebih Lanjut
Di sisi lain, ada juga banyak peluang untuk pengembangan lebih lanjut. Salah satunya adalah melalui pendidikan dan pelatihan. Dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat, upaya pelestarian bisa lebih efektif. Ini juga akan membuka peluang pekerjaan baru, terutama di sektor pariwisata berkelanjutan.
Pengembangan infrastruktur juga menjadi peluang yang bisa dikejar. Misalnya, pembangunan fasilitas wisata yang ramah lingkungan bisa menarik lebih banyak wisatawan, sekaligus mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Ini akan membantu dalam mencapai tujuan pelestarian sekaligus meningkatkan perekonomian desa.
Terdapat juga peluang untuk mempromosikan produk lokal. Dengan branding yang tepat dan pemasaran yang efektif, produk-produk lokal bisa menarik minat wisatawan dan bahkan pasar internasional. Ini tidak hanya akan meningkatkan pendapatan desa tetapi juga membantu dalam melestarikan budaya dan tradisi.
Kerja sama dengan pemerintah dan organisasi non-pemerintah juga bisa menjadi peluang. Dengan dukungan dari berbagai pihak, upaya pelestarian bisa lebih terkoordinasi dan efektif. Ini juga akan membuka akses ke sumber daya dan teknologi yang bisa membantu dalam pelestarian.